Selasa, 29 Mei 2012

POLITIK DAN POLITIK INTERNASIONAL


POLITIK DAN POLITIK INTERNASIONAL

            Politik adalah pemikiran yang terkait dengan mengurusi kepentingan orang. Baik pemikiran tersebut berupa kaidah-kaidah; akidah atau hukum-hukum. Atau pemikiran tersebut berupa perbuatan-perbuatan yang sedang berlangsung, atau telah atau akan berlangsung. Maupun berupa informasi-infor­masi. Bila pemikiran-pemikiran tersebut adalah persoalan yang realistis maka ia merupakan politik. Baik terkait dengan persoalan-persoalan kekinian atau futuristik. Sekali­pun waktunya telah lewat. Yaitu berupa fakta yang telah berlalu dan lenyap. Baik baru saja berlalu atau sudah lama, yang berupa sejarah.
            Karena itu, sejarah itu pun merupakan politik. Ia merupakan sejarah, baik berupa realitas-realitas yang tidak akan berubah dengan pergantian masa. Dan inilah hal yang wajib senantiasa diketahui. Atau berupa peristiwa-peristiwa dalam situasi tertentu yang berlalu dan berlalu pulalah situasi itu. Dan inilah yang tidak harus diambil. Semestinya pengamat atau pembaca senantiasa dalam keadaan sadar ketika membaca atau mengamatinya. Sehingga tidak akan mengambilnya dalam situasi yang tidak cocok dengan situasinya. Maka, ia terperangkap dalam kesalahan, dus amat berbahaya untuk mengambilnya.
            Manusia, dari segi kemanusiaanya, atau pribadi dari segi bahwa ia adalah hidup di tengah kehidupan ini adalah politikus yang suka berpolitik dan memperhatikan politik. Sebab, ia selalu mengurusi kepentingan dirinya, atau orang yang menjadi tanggungannya, atau kepentingan bangsa, idiolo­gi serta pemikiran-pemikirannya. Hanya saja individu, kelom­pok, negara-negara atau organisasi-organisasi internasional yang menolak mengurusi kepentingan umat, negara, wilayah ataupun negara-negara mereka secara pasti adalah politikus, dilihat dari sisi bahwa mereka adalah keturunan manusia. Dan merupakan sesuatu yang alami dari sisi kealamiahan aktivi­tas, kehidupan dan tangungjawab-tangungjawab mereka. Karena itu, mereka adalah politikus yang jelas-jelas politikus. Merakalah yang berhak disebut dengan kata 'politikus'. Hal ini tidak hanya diperuntukkan bagi individu yang aktif-agresif. Sebab, itu merupakan pembatasan berfikir dalam hal mengurusi suatu kepentingan serta pembatasan kegiatan dalam kehidupan. Pembahasan tentang politik hanya bermakna politi­kus-politikus tersebut. Dan tidak berarti untuk semua orang.
            Para ahli telah mendefinisikan politik, bahwa politik adalah bidang kemungkinan-kemungkinan, atau bidang kemungki­nan. Inilah definisi yang tepat. Hanya saja, dilihat dari segi apa yang telah dialami manusia dengan membatasi pada hal-hal kekinian, ini adalah kesalahan. Sebab itu berarti realistis-pragmatis dengan pengertian yang keliru. Ia telah mengkaji fakta dan perjalanan hidup sesuai dengan fakta terse­but. Dan kalaupun ini diterima, niscaya tidak akan ada sejarah. Juga pasti tidak ada kehidupan politik. Sebab sejarah adalah perubahan realitas. Dan kehidupan perpoliti­kan adalah perubahan realitas-realitas yang berproses menuju realitas-realitas yang lain.
            Karena itu, definisi politik sebagai bidang kemungkinan adalah definisi yang keliru sesuai dengan pemahaman orang tentang definisi tersebut, atau sesuai dengan pemahaman politikus tersebut. Namun, dilihat dari segi bahwa kata mungkin yang memiliki arti hakiki yaitu apa saja yang ber­tentangan dengan kemustahilan serta bertentangan dengan kemestian, sesungguhnya adalah benar. Sebab politik bukanlah bidang kemustahilan. Tetapi, politik hanyalah bidang kemung­kinan. Maka pemikiran-pemikiran yang terkait dengan kemung­kinan-kemungkinan atau yang lebih tepat adalah apa yang tidak terkait dengan realitas-realitas kemungkinan dan fakta ini maka bukan merupakan politik. Melainkan fenomena-fenome­na yang terfikirkan, atau sekedar imajinasi-imajinasi ko­song, ataupun hanya hayalan-hayalan belaka. Maka, sebuah pemikiran hingga bisa disebut sebagai pemikiran politik atau sampai pemikiran tersebut menjadi politik harus terkait dengan kemungkinan. Karena itu politik merupakan bidang ke­mungkinan bukan bidang kemustahilan.
            Seseorang hingga bisa disebut sebagai politikus harus memiliki pengalaman politik. Baik menangani politik dan mengurusinya secara langsung. Dan dia disebut politikus yang berhak menyandang sebutan politikus. Atau secara tidak langsung menanganinya, yaitu (yang disebut) pengamat poli­tik. Dan agar seseorang memiliki pengalaman politik tersebut ia harus memenuhi tiga persoalan penting. Pertama, informa­si-informasi politik. Kedua, kontinuitas mengetahui informa­si-informasi politik yang sedang berkembang. Ketiga, ketepa­tan memilih informasi-informasi politik.
            Informasi-informasi politik adalah informasi-informasi historis, utamanya adalah realitas-realitas sejarah serta informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, tindakan-tindakan serta pribadi-pribadi yang terkait dengan mereka, dari segi pandangan politik. Juga informasi-informasi tentang hubungan-hubungan politik, baik antar individu, negara-negara ataupun pemikiran-pemikiran tertentu. Informasi-informasi inilah yang bisa membuka makna pemikiran politik, baik berupa informasi, tindakan maupun kaidah; akidah dan hukum tertentu. Maka, tanpa informasi-informasi ini seseo­rang tidak akan mungkin memahami pemikiran politik apapun sekalipun didukung dengan kecerdasan dan kejeniusan. Sebab persoalannya adalah persoalan pemahaman, bukan persoalan logika.
            Sedangkan mengetahui berita-berita yang berkembang, terutama berita-berita politik, karena ia merupakan informa­si, dan karena ia merupakan berita tentang peristiwa terten­tu yang sedang berkembang, juga karena ia merupakan pusat pemahaman dan pembahasan, karena itu harus mengetahuinya. Ketika peristiwa-peristiwa kehidupan ini secara pasti terus berubah, berkembang dan berbeda-beda serta bertolak bela­kang, maka jelas menjadi keharusan mengikutinya secara kontinue. Sehingga tetap senantiasa mengetahuinya. Yaitu tetap senantiasa berhenti menanti di stasiun kereta api yang secara riil akan dilewati kereta api tersebut. Dan agar tidak berhenti menanti di stasiun yang kini tidak dilewati kereta api tersebut. Tetapi kereta itu selalu lewat satu jam sebelumnya kemudian berubah, lalu lewat di stasiun lain. Karena itu menjadi keharusan untuk mengikuti berita-berita tersebut secara kontinue dan terus mengikutinya hingga tak satupun berita yang terlewatkanya. Baik berita tersebut penting atau biasa-biasa. Bahkan wajib senantiasa dibawa saat mencari dalam tumpukan jerami untuk mendapatkan sebutir gandum. Dan kadang-kadang tidak dia temukan. Karena dia tidak tahu kapan berita penting itu datang, dan kapan tidak.
            Untuk itulah, harus senantiasa mengikuti semua berita-berita tersebut. Baik yang dianggap penting atau tidak. Sebab, berita-berita tersebut merupakan penggalan-penggalan yang terkait sebagiannya dengan sebagian yang lainya. Bila satu penggalan hilang, maka terputuslah 'rantai' tersebut. Juga sulit mengetahui persoalannya. Bahkan kadang-kadang bisa difahami dengan salah. Kadang fakta yang ada dikaitkan dengan berita atau pemikiran yang telah berakhir dan sirna, dan tidak akan pernah kembali lagi. Karena itu, mengikuti berita-berita tersebut harus secara terus-menerus hingga pemahaman politiknya menjadi jelas.

1 komentar:

  1. ... lebih dekat mungkin kalo disebut POLITIK itu merupakan suatu KEINGINAN individu atau kelompok yg disampaikan ke orang tertentu atau khalayak dengan cara berbelit-belit dan bermaksud tertentu pula!! Singkat kata POLITIK itu adalah KEBOHONGAN finansial ....... heheh Boni SKG.

    BalasHapus