POLITIK
DAN POLITIK INTERNASIONAL
Politik adalah pemikiran yang
terkait dengan mengurusi kepentingan orang. Baik pemikiran tersebut berupa
kaidah-kaidah; akidah atau hukum-hukum. Atau pemikiran tersebut berupa
perbuatan-perbuatan yang sedang berlangsung, atau telah atau akan berlangsung.
Maupun berupa informasi-informasi. Bila pemikiran-pemikiran tersebut adalah
persoalan yang realistis maka ia merupakan politik. Baik terkait dengan
persoalan-persoalan kekinian atau futuristik. Sekalipun waktunya telah lewat.
Yaitu berupa fakta yang telah berlalu dan lenyap. Baik baru saja berlalu atau
sudah lama, yang berupa sejarah.
Karena itu, sejarah itu pun
merupakan politik. Ia merupakan sejarah, baik berupa realitas-realitas yang
tidak akan berubah dengan pergantian masa. Dan inilah hal yang wajib senantiasa
diketahui. Atau berupa peristiwa-peristiwa dalam situasi tertentu yang berlalu
dan berlalu pulalah situasi itu. Dan inilah yang tidak harus diambil.
Semestinya pengamat atau pembaca senantiasa dalam keadaan sadar ketika membaca
atau mengamatinya. Sehingga tidak akan mengambilnya dalam situasi yang tidak
cocok dengan situasinya. Maka, ia terperangkap dalam kesalahan, dus amat
berbahaya untuk mengambilnya.
Manusia, dari segi kemanusiaanya,
atau pribadi dari segi bahwa ia adalah hidup di tengah kehidupan ini adalah
politikus yang suka berpolitik dan memperhatikan politik. Sebab, ia selalu
mengurusi kepentingan dirinya, atau orang yang menjadi tanggungannya, atau
kepentingan bangsa, idiologi serta pemikiran-pemikirannya. Hanya saja
individu, kelompok, negara-negara atau organisasi-organisasi internasional
yang menolak mengurusi kepentingan umat, negara, wilayah ataupun negara-negara
mereka secara pasti adalah politikus, dilihat dari sisi bahwa mereka adalah
keturunan manusia. Dan merupakan sesuatu yang alami dari sisi kealamiahan
aktivitas, kehidupan dan tangungjawab-tangungjawab mereka. Karena itu, mereka
adalah politikus yang jelas-jelas politikus. Merakalah yang berhak disebut
dengan kata 'politikus'. Hal ini tidak hanya diperuntukkan bagi individu yang
aktif-agresif. Sebab, itu merupakan pembatasan berfikir dalam hal mengurusi
suatu kepentingan serta pembatasan kegiatan dalam kehidupan. Pembahasan tentang
politik hanya bermakna politikus-politikus tersebut. Dan tidak berarti untuk
semua orang.
Para ahli telah mendefinisikan
politik, bahwa politik adalah bidang kemungkinan-kemungkinan, atau bidang
kemungkinan. Inilah definisi yang tepat. Hanya saja, dilihat dari segi apa
yang telah dialami manusia dengan membatasi pada hal-hal kekinian, ini adalah
kesalahan. Sebab itu berarti realistis-pragmatis dengan pengertian yang keliru.
Ia telah mengkaji fakta dan perjalanan hidup sesuai dengan fakta tersebut. Dan
kalaupun ini diterima, niscaya tidak akan ada sejarah. Juga pasti tidak ada
kehidupan politik. Sebab sejarah adalah perubahan realitas. Dan kehidupan
perpolitikan adalah perubahan realitas-realitas yang berproses menuju
realitas-realitas yang lain.
Karena itu, definisi politik sebagai
bidang kemungkinan adalah definisi yang keliru sesuai dengan pemahaman orang
tentang definisi tersebut, atau sesuai dengan pemahaman politikus tersebut.
Namun, dilihat dari segi bahwa kata mungkin yang memiliki arti hakiki yaitu apa
saja yang bertentangan dengan kemustahilan serta bertentangan dengan
kemestian, sesungguhnya adalah benar. Sebab politik bukanlah bidang
kemustahilan. Tetapi, politik hanyalah bidang kemungkinan. Maka
pemikiran-pemikiran yang terkait dengan kemungkinan-kemungkinan atau yang
lebih tepat adalah apa yang tidak terkait dengan realitas-realitas kemungkinan
dan fakta ini maka bukan merupakan politik. Melainkan fenomena-fenomena yang
terfikirkan, atau sekedar imajinasi-imajinasi kosong, ataupun hanya
hayalan-hayalan belaka. Maka, sebuah pemikiran hingga bisa disebut sebagai
pemikiran politik atau sampai pemikiran tersebut menjadi politik harus terkait
dengan kemungkinan. Karena itu politik merupakan bidang kemungkinan bukan
bidang kemustahilan.
Seseorang hingga bisa disebut
sebagai politikus harus memiliki pengalaman politik. Baik menangani politik dan
mengurusinya secara langsung. Dan dia disebut politikus yang berhak menyandang
sebutan politikus. Atau secara tidak langsung menanganinya, yaitu (yang
disebut) pengamat politik. Dan agar seseorang memiliki pengalaman politik
tersebut ia harus memenuhi tiga persoalan penting. Pertama, informasi-informasi
politik. Kedua, kontinuitas mengetahui informasi-informasi politik yang sedang
berkembang. Ketiga, ketepatan memilih informasi-informasi politik.
Informasi-informasi politik adalah
informasi-informasi historis, utamanya adalah realitas-realitas sejarah serta
informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, tindakan-tindakan serta pribadi-pribadi
yang terkait dengan mereka, dari segi pandangan politik. Juga
informasi-informasi tentang hubungan-hubungan politik, baik antar individu,
negara-negara ataupun pemikiran-pemikiran tertentu. Informasi-informasi inilah
yang bisa membuka makna pemikiran politik, baik berupa informasi, tindakan
maupun kaidah; akidah dan hukum tertentu. Maka, tanpa informasi-informasi ini
seseorang tidak akan mungkin memahami pemikiran politik apapun sekalipun
didukung dengan kecerdasan dan kejeniusan. Sebab persoalannya adalah persoalan
pemahaman, bukan persoalan logika.
Sedangkan mengetahui berita-berita
yang berkembang, terutama berita-berita politik, karena ia merupakan informasi,
dan karena ia merupakan berita tentang peristiwa tertentu yang sedang berkembang,
juga karena ia merupakan pusat pemahaman dan pembahasan, karena itu harus
mengetahuinya. Ketika peristiwa-peristiwa kehidupan ini secara pasti terus
berubah, berkembang dan berbeda-beda serta bertolak belakang, maka jelas
menjadi keharusan mengikutinya secara kontinue. Sehingga tetap senantiasa
mengetahuinya. Yaitu tetap senantiasa berhenti menanti di stasiun kereta api
yang secara riil akan dilewati kereta api tersebut. Dan agar tidak berhenti
menanti di stasiun yang kini tidak dilewati kereta api tersebut. Tetapi kereta
itu selalu lewat satu jam sebelumnya kemudian berubah, lalu lewat di stasiun
lain. Karena itu menjadi keharusan untuk mengikuti berita-berita tersebut
secara kontinue dan terus mengikutinya hingga tak satupun berita yang terlewatkanya.
Baik berita tersebut penting atau biasa-biasa. Bahkan wajib senantiasa dibawa
saat mencari dalam tumpukan jerami untuk mendapatkan sebutir gandum. Dan
kadang-kadang tidak dia temukan. Karena dia tidak tahu kapan berita penting itu
datang, dan kapan tidak.
Untuk itulah, harus senantiasa
mengikuti semua berita-berita tersebut. Baik yang dianggap penting atau tidak.
Sebab, berita-berita tersebut merupakan penggalan-penggalan yang terkait
sebagiannya dengan sebagian yang lainya. Bila satu penggalan hilang, maka
terputuslah 'rantai' tersebut. Juga sulit mengetahui persoalannya. Bahkan
kadang-kadang bisa difahami dengan salah. Kadang fakta yang ada dikaitkan
dengan berita atau pemikiran yang telah berakhir dan sirna, dan tidak akan
pernah kembali lagi. Karena itu, mengikuti berita-berita tersebut harus secara
terus-menerus hingga pemahaman politiknya menjadi jelas.